Kamis, 06 Oktober 2011

B I R D S





Sejak kecil saya gemar binatang. Menginjak bangku SMP saya pelihara burung dara atau merpati. Melihat tetangga yang pelihara Merpati Pos. dirumahnya dipasang plang Merpati Alap – Alap, ntah apa maksudnya sampai kini saya gak ngerti.

Pelihara Merpati ternyata gampang, mudah berkembang biak. Setelah dirasa banyak saya mulai berpikir menjadikannya duit. Bisnis kecil-kecilan karena masih kecil kalo sudah besar Bisnis besar-besaran. Saya jual per pasang ke Pasar Burung Kebon Kelapa. Satu minggu kemudian merpati yang sudah saya jual itu menclok dirumah. Duit dapat burung kembali. Akhirnya semakin sering saya jual merpati ke pasar dengan harapan cepat kembali kerumah. Dasar masih kecil………

Setelah punya rumah sendiri. Dipeliharalah burung parkit yang warna-warnanya lucu. Dibuatlah sangkar besar dari kawat by myself. Kemudian mulailah saya pelihara burung ocehan atau berkicau. Mulanya yang biasa dan murah, lama kelamaan yang luar biasa dan agak mahal. Seperti : Poksay, Wambi, Murai , Kacer, anis, Jalak dan jenis lainnya.




Rumahpun diramaikan oleh kicauan burung. Dan itulah salah satu kepuasannya. Karena saya bukanlah seorang Maniak yang selalu mengonteskan burung berkicau, mungkin belum. Ada sih kepengen melihat harga burung nantinya bisa dibeli puluhan juta. Menggiurkan. Tapi adakah rizki saya disini. Jika ada kesempatan nanti akan saya coba.

Anak saya juga jadi hafal nama dan jenis burung, maklum anak kecil banyak bertanya. Dan sering saya ajak ke Pasar Burung Sukahaji dihari minggu untuk sekedar beli pakan sekalian lihat-lihat burung. Anggap saja bawa anak ke Kebun Binatang. Selain itu saya berharap dapaet burung bagus dan murah walaupun dirumah sudah ada sepuluh ekor. Bila burung itu digantung diteras rumah. Satu ekor satu sangkar. Maka orang mengira saya penjual burung. Dan memang suka ada yang nanya , “Burungnya dijual ?” saya jawab , “tidak. Punya istri saya”.

Pernah saya pergi ke Lampung ke rumah adik di Liwa. Disana saya mencari burung namun sia-sia karena harganya lebih mahal dari Bandung, mereka tahu harga walau ditepi gunung. Daripada tidak bawa oleh-oleh sama sekali ahirnya saya beli seekor burung Poksay. Dan untuk hobi ini Alhamdulillah saya masih menggelutinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar